Bahagia itu, Siapa yang Buat?
Jadi, gue sering denger orang ngomong "Bahagia itu, kita sendiri yang bikin, bukan orang lain" atau "Jangan menggantungkan kebahagian lo sama orang lain".
Mmmm, gue bingung gimana menuangkan isi otak gue ke tulisan ini...
Yaudahlah ya, ketik aja dulu...
"Bahagia itu, kita sendiri yang bikin, bukan orang lain"
Kebahagiaan itu kadang ada, kadang engga, iya gak sih? Gak setiap saat lo bisa bahagia, namun ga setiap saat juga lo sedih, ada waktu di mana semuanya ya biasa aja.
Kadang, perasaan itu ada karena kita yang kasih jalan, tapi ya kadang ada aja yang nyelip tiba-tiba masuk.
Perasaan bahagia itu bisa kita rasain kalau kita kasih jalan, begitu juga dengan sedih. Menurut gue yang kadang susah itu lebih ke nyaman sama diri sendiri. Ya intinya sih kita harus kenal dulu sama diri kita, apa sih yang bikin kita bahagia? Apa sih yang bikin kita sedih? Dengan mengetahui diri kita, gue yakin kita bisa lebih luwes dalam menyambut hidup.
Ketika kita udah mengenal diri kita, kita bisa menciptakan kebahagiaan itu.
Tapi, orang lain juga bisa gak sih bikin kita bahagia?
"Jangan menggantungkan kebahagian lo sama orang lain"
"Kita sama-sama tau, saat ekspektasi ditaruh di raga lain, kecewa sering jadi teman. Bukan sekali, dua kali...Mungkin kita lupa, atau terlalu keras kepala" - NKCTHI
Gue pernah, menggantungkan kebahagiaan gue sama orang lain. Ketika orang itu pergi, gue merasa kebahagiaan gue juga ikut pergi.
Seiring berjalannya waktu, gue sadar bahwa nggak ada yang salah dengan menggantungkan kebahagian lo ke orang lain, toh lo punya pacar pasti inginnya bahagia atau dibahagiakan, begitupun dengan pertemanan - I mean, kalau pacaran atau temenan tapi cuma bikin sedih aja ya buat apa gitu kan? (I assume you know what I meant ya)
Yang salah adalah, ketika lo menggantungkan kebahagiaan itu, lo kehilangan diri lo di dalamnya. Itu yang membuat lo merasa ada lubang hitam di dalam diri lo.
Gue sadar bahwa gue kehilangan diri gue saat orang itu pergi, yang gue lakukan setelah itu adalah mencoba menemukan diri gue kembali. Istilahnya belajar kembali mencintai diri sendiri. Saat lo sudah mencintai diri lo, lo akan tau mana yang baik buat lo dan mana yang tidak.
Saat ekspektasi yang lo taruh ke raga lain itu nggak 'ketemu' lo punya pilihan untuk menunggu atau meninggalkan ekspektasi itu cukup sampai di situ.
Kita sama-sama tahu bahwa ketika kita punya ekspektasi ya harus siap kecewa ketika ekspektasi itu tidak jadi kenyataan, itu adalah bagian dari hidup dan lo selalu punya pilihan.
Jadi, nggak salah kok kalau lo berharap ada orang yang bisa membahagiakan lo. Wajar. Kadang dunia ini terlalu sedih untuk dijalani sendiri, tapi jangan sampai lo gak bisa mengandalkan diri lo sendiri. At the end of the day, you're all you had.
Bahagia itu siapa yang buat?
Ya diri kita dan orang lain di sekitar kita. Choose carefully whom you let yourself be surrounded by, choose who you let in. The choice is all yours.
xoxo
Mmmm, gue bingung gimana menuangkan isi otak gue ke tulisan ini...
Yaudahlah ya, ketik aja dulu...
"Bahagia itu, kita sendiri yang bikin, bukan orang lain"
Kebahagiaan itu kadang ada, kadang engga, iya gak sih? Gak setiap saat lo bisa bahagia, namun ga setiap saat juga lo sedih, ada waktu di mana semuanya ya biasa aja.
Kadang, perasaan itu ada karena kita yang kasih jalan, tapi ya kadang ada aja yang nyelip tiba-tiba masuk.
Perasaan bahagia itu bisa kita rasain kalau kita kasih jalan, begitu juga dengan sedih. Menurut gue yang kadang susah itu lebih ke nyaman sama diri sendiri. Ya intinya sih kita harus kenal dulu sama diri kita, apa sih yang bikin kita bahagia? Apa sih yang bikin kita sedih? Dengan mengetahui diri kita, gue yakin kita bisa lebih luwes dalam menyambut hidup.
Ketika kita udah mengenal diri kita, kita bisa menciptakan kebahagiaan itu.
Tapi, orang lain juga bisa gak sih bikin kita bahagia?
"Jangan menggantungkan kebahagian lo sama orang lain"
"Kita sama-sama tau, saat ekspektasi ditaruh di raga lain, kecewa sering jadi teman. Bukan sekali, dua kali...Mungkin kita lupa, atau terlalu keras kepala" - NKCTHI
Gue pernah, menggantungkan kebahagiaan gue sama orang lain. Ketika orang itu pergi, gue merasa kebahagiaan gue juga ikut pergi.
Seiring berjalannya waktu, gue sadar bahwa nggak ada yang salah dengan menggantungkan kebahagian lo ke orang lain, toh lo punya pacar pasti inginnya bahagia atau dibahagiakan, begitupun dengan pertemanan - I mean, kalau pacaran atau temenan tapi cuma bikin sedih aja ya buat apa gitu kan? (I assume you know what I meant ya)
Yang salah adalah, ketika lo menggantungkan kebahagiaan itu, lo kehilangan diri lo di dalamnya. Itu yang membuat lo merasa ada lubang hitam di dalam diri lo.
Gue sadar bahwa gue kehilangan diri gue saat orang itu pergi, yang gue lakukan setelah itu adalah mencoba menemukan diri gue kembali. Istilahnya belajar kembali mencintai diri sendiri. Saat lo sudah mencintai diri lo, lo akan tau mana yang baik buat lo dan mana yang tidak.
Saat ekspektasi yang lo taruh ke raga lain itu nggak 'ketemu' lo punya pilihan untuk menunggu atau meninggalkan ekspektasi itu cukup sampai di situ.
Kita sama-sama tahu bahwa ketika kita punya ekspektasi ya harus siap kecewa ketika ekspektasi itu tidak jadi kenyataan, itu adalah bagian dari hidup dan lo selalu punya pilihan.
Jadi, nggak salah kok kalau lo berharap ada orang yang bisa membahagiakan lo. Wajar. Kadang dunia ini terlalu sedih untuk dijalani sendiri, tapi jangan sampai lo gak bisa mengandalkan diri lo sendiri. At the end of the day, you're all you had.
Bahagia itu siapa yang buat?
Ya diri kita dan orang lain di sekitar kita. Choose carefully whom you let yourself be surrounded by, choose who you let in. The choice is all yours.
xoxo
Comments
Post a Comment